Puncak Bawakaraeng 4

   Johan mengeluarkan gumpalan asap dari dalam mulutnya. Kemudian memasukkan puntung rokoknya ke dalam plastik yang dia simpan di kantong daypacknya.

   " Ayo lanjut " ujarnya

   " Angkat carrier mu Tri " ungkap Dulung

   Kami mulai melangkah menuju pos 2, warna langit mulai berubah menjadi jingga karena pancaran dari sinar matahari yang mulai meredup. Formasi yang digunakan masih sama seperti formasi yang tadi. Johan di barisan terdepan, Eko Sujaya di tengah, Dimas di barisan belakang.

   Menuju pos 2 jalurnya masih landai. Pada perjalanan ini tidak ada pemandangan yang dapat kita nikmati, selain pepohonan. Kiri kanan depan belakang kulihat saja banyak pohon pohon besar. Ditengah perjalan saya mencium bau tidak sedap, sepertinya ini bau belerang. Dengan sigap saya menarik Buff yang saya kalungkan di leher hingga menutupi sebagian wajah saya untuk mencegah gas beracun ini masuk kedalam hidung dan terus masuk ke pernafasan.

   " Beh siapa kentut ini ? " ternyata Aldy juga mencium bau yang sama
   " Kau toh Tri ? " lanjut Aldy menuduh Tri yang ada di depannya.

   " Sorry cak. Haha " jawabnya sambil memancarkan senyum pepsodent

   Ternyata bau tidak sedap itu bukan bau belerang. Tapi bau gas yang di keluarkan Tri. Entahlah unsur apa yang terkandung di dalamnya.

   " Kau paeng kentut Tri, ku kira mami bau belerang. Ka mirip-mirip ki baunya " ujarku

   " Berarti gas yang na keluarkan Tri, H2S " teori Dulung

   " Tidak. Kalau saya ku cium-cium kayak baunya 2,3-dimetilsiklopentana " teori Dimas :')

   " CARITAAA "

   Tri masih mempertahankan senyumnya. " Tri kalau senyumko , jangan miko tambai lagi glukosa. Tambah manis ki caks " ujarku mencoba memuji Tri, yang ter-bully.

   " Kak eko ji memang paling mengerti " sambil memegang tanganku dan mengedipkan matanya

Inikah jurus rahasia Tri saat memikat wanita ? @$@&#^%£€₩¥♥

   " Hedlem mu ces, pake ki "

   Senja berganti malam. Gelap. Kami hanya bermodal 7 headlamp dan 3 senter.

   " Masih jauh pos 2 ? " tanya Alfian

   " Di depan ki pos 2 " jawab Johan

*nassami di depan. Masa di belakang*

Skip

Skip

Skip

Pos 2, 19.08

   " Minum secukupnya baru lanjut. Jangan mki terlalu lama istirahat. Ke pos 3 sebentar sekali ji " ungkap Johan

   " Bagaimana Joger aman ? " lanjutnya

   " Masih lengkap. Love Right, Love Left nya " jawab Marten

   " Lanjut ? " ajak Eko Sujaya

   " Angkat carrier mu Tri " cetus Dulung

Pos 3 here we go~

   " Ih ke pos 3 jaraknya 308meter ji dari pos 2. Dekatnya ji " ungkap Tri

   " Kenapako bisa tau ? " tanya Luki dengan heran

   " Ine foto rute pendakian daritadi ku foto " sambil memperlihatkan sebuah foto di ponselnya

   Perjalanan ke pos 3 belum terlalu mendaki, jalurnya masih relatif landai. Mulai dari pos 3 lah, formasi perjalanan mulai berubah-ubah.

Awalnya : Johan, Luki, Alfian, Umam, Aan, Tri, Aldy, Eko Sujaya, Marten,  Dulung, Imam, Iccang, Saya, Dimas

Recent: Johan, Marten, Alfian, Umam, Aldy, Eko Sujaya, Tri, Iccang, Dulung, Aan, Imam, Saya, Luki, Dimas

Deh berubanamo~

   Luki ter-mundur hingga barisan belakang. Yah, mungkin Luki lellah......

   " Imam berapa kali mko ke Bawakaraeng ? " tanyaku

   " Kedua kalinya mini " jawab Imam

   " Kau hafalmi jalurnya ? "

   " Tidak pi. Hahaha "

   " Beh jadi kalau tidak ketemu ki tadi ? "

   " Masih banyakji pendaki lain bisa diikuti toh "

Skip

Skip

Skip

Pos 3

   Sesampai di pos 3. Pos 3 merupakan sebuah tempat terbuka, Tri menjatuhkan carriernya, sembari duduk diatas tanah dan bersandar disebuah pohon besar.

   " Janganko sandar disitu " tegur Johan

   Tri spontan ter-kaget-kan langsung berdiri sambil melihat pohon itu dari bawah hingga keatas. Untungnya dia tidak tersenyum sambil mengedipkan mata. Andaikan saja dia tersenyum dan mengedipkan mata ke pohon itu, dan andai saja pohon itu bisa berbicara mungkin pohon itu akan berkata seperti ini, " Baperka Tri  " @#$@@7##&#'^@@^#^♡

   " Air dule. Hauska, kosongmi vedples ku " <----- dicueki

   " Woy aer aerr " mulai rese'

   " Ine blam. Lu rese' kalau lagi dehidrasi " Dulung sambil memberi sebotol air

   " Terbaik " ujarku

   " Awas baperr " sindir Aan

Sekelompok pendaki lain melewati kami sambil tersenyum dan berkata:

   " Tabe' kanda di' "

   " Iyye "

   " Duluan kanda "

   " Iyye, hati-hati ki "

   " Tabe' kanda. Duluan "

   " Iyye. Tiati ki sodara "

-----------------------------

Pos 4 here we go~

   Setelah istirahat singkat, tanpa tunggu lama kami mulai melanjutkan perjalanan ke pos 4.

   " Berapa jaraknya Tri ? " tanya Marten

   " 911meter. Lumayan lah "

Skip

Skip

Skip

   Malam semakin malam , dan suara suara penyeruMu telah diperdengarkan. Maka ampunilah aku~

Setengah perjalanan ke pos 3 telah terlampaui, tiba tiba Luki ter-duduk-kan sambil mengatur nafas.

   " Break dulu ces " teriak Dimas dari barisan paling belakang

   Spontan semua personil berhenti dan duduk dipinggir jalur. Tapi saya terus berjalan menuju barisan depan.

Menuju tak terbatas dana melampauinya ~

   " We Tri sini ko " Saya menarik tangan Tri untuk ikut berjalan ke barisan depan untuk menanyakan sesuatu ke Johan *tidakpakebaper*

   " Kenapai tadi itu pohon yang na tempati Tri sandar pas di pos 3 ? " tanyaku dengan penuh penasaran

   " Menurut cerita, pernah ada perempuan gantung diri di pohon itu. Mayatnya di dapat warga, tergantung di dahan pohon. Biasa juga ada pendaki lihat penampakannya. Itumi jarang ada singgah di pos 3 istirahat kalau malam. Kalau singgah paling sebentar sekali ji kayak tadi kita. "

   " Deh siala angker " ungkap Marten

   " Pantas kayak dingin sekali tadi hawa nya di sana. Kayak lain-lain ki. Nyak Tri " timpal Alfian

   " Apatong deh. Janganko begitu dule. Merindinga ine "

   " Nyak Tri "
------------------------------
" Tabe' di' kanda "

" Iyye . Hati-hati kanda "
------------------------------

   " Lanjut ? " teriak Johan

   " Yoo "

   " Merapat dulu semua kesini " ajak Johan
   " Jambrapami ? "

   " Hampir stengah 9 "

   " Bgini nah. Tadi itu di pos 3 .......... " Johan menerangkan tragedi pohon yang di pos 3

   " Ih serem ih " cetus Dimas

   " Gagara Tri ini sandar-sandar "

     HAHAHAHAHA

    " We janganko dule bgitu. Merindinga ine "

    " Karena lumayan malammi. Maumi juga masuk tengah malam. Janganki sampai pisah. Jalan pelan saja, kalau ada capek bilang. Sambil jalan juga berhitung mki untuk cek personil " arahan dari Bang Jo

    " Sip kakanda "

    " 14orang ki semua "
  
Skip

Skip

   " Berhitung "

Satu ← Johan
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Mbilan  ← Dulung jablay
Sepuluh
Seblas
Duablas ← Saya disini
Tigablas
SIAP CUKUP ← Dimas menutup

Berulang kali kami berjalan sambil berhitung seperti ini, agar tidak ada salah satu dari kamj yang hilang. Asik juga kalo ada yang hilang ditengah hutan malam-malam begini. Dan setiap akhiran, Dimas selalu berteriak " Siap Cukup " bukan menyebut " empat belas "

Sampai pada akhirnya ada kejanggalan di saat kami berhitung.

Perhatikan yaa....perhatikan baik baik

" Berhitung " teriak Johan

Satu..
Dua..
Tiga...
Empat...
Lima...
Enam...
Tujuh...
Delapan...
Mbilan.. ← Dulung jablay
Sepuluh..
Sbelas..
Duablas... ← Saya disini
Tigablas...
Empatblas..
SIAP CUKUP ← Dimas tutup

Tim kami bertambah satu orang.... :(

bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar