Untuk Ibu

Bu, aku merasa belakangan ini kita jarang bertemu. Runtinitas perkuliahan benar-benar menyita waktuku. Selalu pulang ke rumah larut malam, di saat kau telah terlelap.

Hingga di pagi harinya kau bertanya, " Semalam darimana saja ? ". Aku tahu ada kerinduan dan kecemasan ditanyamu.

Bu, aku pulang larut bukan untuk menghabisakan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna dengan teman-temanku. Percayalah, aku sudah bisa membedakan mana yang benar dan salah.

Bu, aku tidak mengerti mengapa kita selalu tak sepaham. Entah kecemasanmu yang salah ku artikan atau perbuatanku yang salah kau artikan.

Bu, tidak semua yang kau pikir benar, itu benar. Karena setiap orang punya pemikiran yang beda. Meskipun aku anakmu, tidak semerta-merta darah yang sama membuat pemikiran kita sama.

Bu, aku bukan lagi anak kecil yang harus dituntun saat ingin berjalan. Aku sudah bisa jalan sendiri, kau hanya perlu mengawasi dan melihatku, tak perlu susah payah menuntunku.

Bu, tegur aku saat aku salah jalan dan tunjukkan jalan yang benar. Tanpa perlu menuntunku kesana, bair aku sendiri yang berjalan kesana.

Bu, aku hanya bisa menjadi pendosa, sementara kau terus menjadi pendoa. Aku sibuk dengan ke-akuan-ku, sementara kau sibuk merindukanku dan menungguku.

Bu, kau adalah rumah. Tempat yang paling indah. Sejauh apapun kita, hatiku tetap disebelahmu.

Bu, apa artinya pergi jika kau tak menjadi tempatku pulang? Apa artinya sakit jika kau tak menjadi malaikat penyembuh? Dan apa artinya aku jika tak mampu lagi membuatmu tersenyum?

Bu, kau selalu membanggankanku, sementara aku belum bisa membuatmu bangga. Kau selalu membahagiahkanku, sementara aku belum bisa membuatmu bahagia. Tapi aku janji.

Bu, maaf untuk segalanya. Selamat hari ibu, berbahagiahlah agar aku dapat melihat senyummu setiap aku pulang kerumah.

Bu, aku menyayangimu.

Tertanda anakmu, Eko Wardana Saputra.

#jurnal366 kawan fiersabesarimks

Puncak Mahameru

Kalimati 2700 Mdpl, 17.32 WIB

   Sekitar berjalan kurang lebih 3 sampai 4 atau mungkin 5 jam dari Ranu Kumbolo, setelah melewati Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, dan Jambangan. Akhirnya sampai juga di Kalimati dalam keadaan langit yang setengah gelap. Kabut-kabut tipis mulai membatasi jarak pandang.

   " Oji buka matras " Kak Heriyadi

   Spontan setelah matras tergelar lebar saya langsung membuang Carrier ke atasnya.

   " Berat na Carrier ta kak. Apa mami isina deddeh. Nanti pulang saya pa gendong Carrier ku sampai Ranupani " protesku

   " Siapakah mau tadi pattukar Carrier ? " ungkap Kak Heriyadi
  
Saya diam....

   " Wel ayomi pi cari tempat eh " ungkap Kak Geon

---------------------------------------------------------------
Wel   : nama panggilan Kak Heriyadi
Geon : nama panggilan Kak Gunawan
---------------------------------------------------------------
  
   " Oji, Eko pergiko ambil air dek " ungkap Kak Nurli

   " Dimana mata air kak ? " tanya Oji

   " Ikutimi saja ini jalan setapak, nanti sebelum masuk hutan ke kiri ko. Turun ke bawah itu mata airnya. Bertanya mko saja sama pendaki lain " jelas Kak Wel

   " Atau sebentarpi kak. Berdiripi tenda, amanpi barang-barang dalam tenda. Baru pergika sama eko ambil air. Masa tawwa sendiri kak nurli jagai barang disini " ungkap Oji

   " Kau mami atur ki paeng "

SKIP

   Waktu itu di Kalimati sangat ramai, banyak tenda tenda. Bahkan mungkin lebih ramai dari Jambore, apalagi jika hanya dibandingkan dengan Perkemahan Akbar Tahunan SMAK Makassar.
   Suara canda tawa terdengar dimana-mana, apalagi lagu Dewa 19 yang berjudul Mahameru. Hampir dari semua tenda terdengar lagu seperti itu.

   " Wel mana musik mu ? " tanya Kak Nurli yang sedang ber-prepare memasak

   " Lowbat ki, tunggumi sementara di charge "
   " Eko oji , kapanko mau ambil air ? " timpal kak Wel

   " Mau mini kak " jawabku

   Malam itu di Kalimati sangat dingin, bukan dingin lagi tapi sangat dingin, seperti menyuruh kita memakai jaket polar yang tebal. Saking dinginnya, saat kita bicara akan keluar uap dari mulut kita.

   Setelah memakai baju 3 lapis dan jaket di lapisan paling luar. Saya pun keluar dari dalam tenda. Dan wah ternyata masih dingin :(

   " Oji ayo mi " ajakku

   " Tidak kau pakai jaket angkatan ? Sini saya pake dule "

   " Ambil mi di tas ku. Ambil ko juga senter "

  Bahkan setelah oji memakai 2 lapis jaket, dia terkadang masih kedinginan dan sering memeluk dirinya sendiri.

" memeluk diri sendiri " hiks :(

   " Berapa botol di isi air kak ? " tanya Oji

   " 5 mo. 2 botol di pakai minum sebentar habis makan, 3 botol di pake summit " jelas Kak Wel

   " Cepat ko nah, nanti kah sampe ko disini habismi makanan "

   " Deh kodong "

   " Ndapapa ji kak. Yang jelas nda habis ji sossis " ungkap ku

SKIP

   Setelah berjalan mungkin 10 atau 15 menit.

   " Yakin ko ini mau ke bawa ambil air yang tempatnya belum ditau masih mau lagj dicari , belum lagi dinginna kamma-kammanne "

   " Tidak iya, sunyinya pode. Ndadami pergi ambil air kapang. Mauna tadi sore ki memang "

   " Fix mi beli mki saja air. Ayo mi kembali ada tadi penjual di belakang kulihat "

   Setelah berdiskusi dan berfikir baik-baik akhirnya kami balik arah, memilih untuk membeli air sahaja.

   " Oji bakar bakar dulu "

   " Iyotawwa , pantasan kurasa ini kenapa ada beda "

Saat itulah muncul istilah " Asap Semeru "

Penjual Air

Kalau tidak mengerti bahasa Jawa langsung scrool ke bawah aja.

" Banyune sak botol piroan? " tanyaku
" Sing siji setengah liter mas "
" Maksudne ragane mas "
" 10 ewu sak botol "
" Mau sore ono sing dodol 5 ewu " ungkapku
" Nek sore pancen 5 ewu, nek bengi uis 10 ewu. Adoh mas jupute neng ngisor ono wektu telung puluh menit. Durung antrine, durung ademe " jelas si penjual
" Emange adoh ya mas mripat banyune ? " Oji pun angkat bicara
" Iyo adoh neng ngisor kana "
" Hm yo wes mas..rak njuputk banyu e disek " ungkap oji

Subtitle Indonesia:

" Air nya sebotol berapa ? "
" 1.5 liter "
" Harganya mas, maksudnya "
" 10ribu sebotol "
" Tadi sore ada yang jual 5ribu "
" Kalau sore emang 5rb, kalau malam udah 10rb. Jauh mas ngambilnya di bawah, ada mungkin 30menit. Belum antrinya belum dinginnya "
" Emang jauh ya mas mata air nya "
" Iya jauh dibawah sana "
" Hm yaudah mas, mau coba ambil air aja dulu "

   Se-kreati-kreatifnya penjual di pasar memasang harga. Lebih kretif penjual di gunung. Harga air di sore hari dan di malam hari, naik 100 %. Seresa ingin berkata kasar :(

   " Jawayya di "

   " Lamate kabeh "

   " Jadi ke bawah kini ambil air ? " tanya Oji

   " Hantam mi deh "

10menit kemudian

   " Beh oji tambah dingin siala "

   " Beli air mki saja deh. Masih jauh pini ke bawah "

   " Beli mki pade deh. Uangku di tas, itupun 10rb mami uang tunai ku "

   " Saya 20rb mami disini. Beli mki saja dulu 2 botol "

   " Ayomi pade "

   Dengan sangat hina , kami kembali ke penjual air tadi. Dan membeli 2 botol airnya.

   " Blamma ketawa-ketawai penjualna " ungkap Oji

   " na bilang dalam hatina itu, ujung-ujung na beli tong jko lamate "

   " Apa mini dibilang di kak Wel ? "
   " Bilang mki saja, deh jauh sekali mata airnya kak baru ndada orang kuliat ke bawah. Andaikan di tau ji tempatna terus jki kesana kak tapi ini nda di tau ki kak nantikah tersesat ka sipa' dua. Baru dingin sekali juga beh. Jadi beli ma saja air " tanpa sadar Oji menjawab sendiri pertanyaannya

   " Kau mo pade bicara "

Kalimati, 19.47 WIB

   Kak Wel dan Kak Nurli sedang asik berdua menyiapkan santap malam layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara. Padahal memang....
   Sementara kak Geon sendiri sedang sibuk menjadi obat nyamuk bakar .

   " Kak nda ambil ki air. Beli ki ini " ungkapku sambil memperlihatkan kedua botol air

   " Iye kak jauh sekali mata airnya bela baru ndada orang kuliat ke bawah. Andaikan di tau ji tempatna terus jki kesana kak tapi ini nda di tau ki kak nantikah tersesat ja sipa' dua. Baru dingin sekali juga beh, antri juga bede dibawah. Jadi beli ma saja air " timpal Oji

   " Banyak sekali kau memang alasannu oji " ujar Kak Geon

   " Deh tojenga kodong ini kak. Dingin sekali "

   " Berapa itu harganya 1botol ? " tanya kak Wel

   " 10rb kak "

   " Kenapa mahal ki na tadi sore 5rb " protes Kak Nurli

   " Iye kak na bilang penjual na kalau malam 10rb, sore 5rb "

   " Cocok mi memang. Na bilang temanku juga 10rb harga na itu air. Memang iya na bilang juga kalau habis air mu di Kalimati belimi saja, ka susahki mata air di Kalimati. Tapi moja tes ini anakanak berdua " ungkap Kak Wel

   " Deh dipakamma ta oji "

   " Pergi mko lagi pade beli air 3botol baru makan ki. Jadimi santap malam "

   " Tundulu oji ambilka tas kecil ku "

SKIP

SKIP

   Dan setelah masalah per-air-an selesai, waktunya untuk menikmati indomie Soto, telur goreng, sossis goreng, abon, dan tentunya nasi setengah jadi. Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan ?

Kalimati, 20.50

   Setelah makan malam, dan semua perlengkapan untuk Summit Attack siap. Saatnya untuk tidur. 2 jam mungkin cukup untuk mengisi kembali tenaga yang telah didonorkan mulai dari Ranu Kumbolo hingga Kalimati. Tutup tenda, matikan musik, pasang Alarm, tarik Sleeping Bag.

   Berharap-harap cemas, dan banyak rindunya......

   Berharap cuaca baik, tidak hujan abu. Tidak hujan tumming, dan tentunya bisa bangun jam 11.

   " We ada ji pasang alarm ? " cetus Kak Wel di tengah keheningan tenda

   " Sudahmi kak, semoga mami di dengar ji " jawabku

   " Mantap "

Selamat malam, selamat menabung tenaga....

SKIP

SKIP

SKIP

   Cahaya mulai masuk menembus tenda. Fikirku itu adalah cahaya senter ataupun headlamp para pendaki. Dan ternyata itu adalah cahaya matahari. Ternyata sudah pagi.........

   Dan tepatnya pukul 07.31 WIB . Kami terbangun dengan banyak kecemasan, dan banyak rindu.

Bersambung.........