" Berhitung " teriak Johan
Satu..
Dua..
Tiga...
Empat...
Lima...
Enam...
Tujuh...
Delapan...
Mbilan.. ← Dulung jablay
Sepuluh..
Sbelas..
Duablas... ← Saya disini
Tigablas...
Empatblas..
SIAP CUKUP ← Dimas tutup
Suasana malam semakin menerkam, angin yang bertiup dan membawa udara dingin menambah sensasi horor saat itu. Lindungilah kami dari godaan syaitan yang terkutuk :( entah berapa meter lagi sampai di pos 4 entah sudah di ketinggian berapa kami. Yang kami fikir siapa satu itu? Dan nomor berapa yang dia sebut ?
Semuanya panik. Johan menghentikan langkahnya dan menyuruh untuk merapatkan barisan.
-------------------------------------
" Putra Pratian " Pradana dengan tegasnya (Johan)
" Siap " teriak barisan dengan lantang
" Britung !!! Mulai !!! Tu.. " Pradana
Duaa
Gaaa
Paat
Lmaa
Naaam
Tjuuu
Lapaan
Mbilaan
Puluuhh
Belaaas
Duablassss
Gablaaas
Patblaaas
SIAP CUKUP
*Bayangkan pada saat kalian ingin LKBB
-----------------------------------
" Kenapa na bertambah satu ? " tanya Johan bingung
" HAHAHAHAHAHAHAHAHA " Dimas tertawa dengan sangat bernafsu
" Dimas yansa. Pelaku tersebulungnya. Dia mi setanna " ujar Luki
" Hahahahaha. Dia awalkan pas Luki bilang " Tiga belas " saya langsung tutup " Siap cukup " . Tapi lama kelamaaan sesudah Luki bilang " Tiga belas " saya lanjut " Empat belas " terus bilangka lagi " Siap cukup " ungkapnya
Rombongan gilaa :( masih sempat sempatnya bikin candaan seperti itu. Di tengah-tengah hutan malam-malam bgini :( pucing pala *lot Luki :'(
Saat itu juga kami semua ingin memukul Dimas, tapi perjanjiannya hanya yang berkata " sunna " yang di pukul borong-borong .
" Sunna Dimas " ungkap Tri
KEMUDIAN TRI DI PUKULI :"(
Perjalanan dilanjutkan kembali....
Skip
Skip
Skip
Patok Trigulasi pos 4 terlihat. Johan tidak berhenti, dia terus berjalan. Saat itu yang kufikirkan, inilah pos yang dimaksud Dimas. Tiba-tiba saja saya mendengar suara perempuan menangis.
Saat itu pikiran saya amburadul. Tatapan kosong memandang tanah dan terus berjalan kedepan. Suara tangisan yang tadinya samar-samar sekarang makin jelas di telinga saya.
" Yaa Allah "
" Astagfirullah aladzim Astagfirullah aladzim Astagfirullah aladzim "
*puk puk* Imam menepuk bahu ku
" Jangan ko dengar ki caks. Janganko fikir ki. Fikirko yang seru-seru, misalkan Tri sama Dulung berkelahi "
" Ko dengar juga ? "
" Biasa jitu " jawab Imam dengan cuek
Tepat di depan Patok Triangulasi Pos 4 terdapat tumpukan batu yang tersusun dengan rapi. Yang notabenenya adalah sebuah makam.
Skip
Akhirnya istirahat juga......
" Kuburan tadi itu di pos 4 toh Dimas ? " tanyaku
" Iyo. Diam mko. Jangan mko sebut-sebut ki "
" Brapa jarak ke pos 5 Tri ? " tanya Umam
" 1,1 km "
" Lumayanlah ini ke pos 5. Bikin capek " ungkap Eko Sujaya
" Kasi keluar roti An "
Udara saat itu sangat dingin, tubuh ini dibuat menggigil. Suhu saat itu berkisar 100 Kelvin.
" Kenapa ko cak ? " tanya Dulung kepadaku
" Tidak ji. Dingin sekali " ungakapku dengan ter-batabata
" Gawat eko kedinginan hebat. Cepat peluk dia. Beri dia kehangatan " Dulung jablay
" Alay. 5cm "
-------------------------------------
Tapi memang udara gunung saat itu sangat dingin. Pada saat itu saya hanya memamkai Kaos (dan celana pastinya) tetapi pada saat berjalan tadi, saya sama sekali tidak merasakan kedinginan seperti ini. Saya pun menyimpulkan, ternyata tubuh kita akan memanas pada saat kita sedang bergerak. Iyakan?
--------------------------------------
" Lanjut ? " ajak Johan
" Angkat carrier mu Tri "
" Warming up "
" Go go go "
" Taking fire, need assiten "
" Get out of there, it's gonna blow "
" Regroup team "
" Oh yeah "
" Nice shot "
" Headshot "
" Double kill "
" Triple kill "
" Chain headshot "
" Chain killer "
" Chain killer "
" Must kill "
" Piercing shot "
" Chain killer "
" Chain killer "
" Chain stopper "
" Hold this position "
" Enemy down "
" Cover me "
" Need backup "
" Love me "
" Love back me "
" Bomb has been planted "
" Bom dijus "
Mission suksees
*Oke lupakan pointblank.......
" We ekoo " panggil Johan
" Kenapai ? " jawabku secara bersamaaan dengan kata yang dengan Eko Sujaya
Kok bisa sama ? Mungkin kita jodoh ? Jadian yuk !
" Haha. Eko sujaya . Eko pnup. Di depanko kau. Saya pa di tengah "
" Oke kanda "
" Deh 3 namanya Eko disini. Eko Sajaya, Eko Wardana, Aan Eko Putra " ungkap Tri
" Aan mo saya panggil kan ka " cetus Aan Eko Putra
" Ganti mi peng dulu namaku disini jadi Auv Abdurrahman. Jadi panggilma saja Auv " ujarku
" Njo mi seng Aup "
" Ekoh mo kau koh " ujar Aan
" Ayomi lanjut deh. Lama mki disini " Dimas, 18tahun
" Jadi apa kesimpulannya dimas ? "
" Eko pnup, ekoh , aan "
Pos 5 here we go~
Baru jalan sedikit, langsung disapa tanjakan. Batu dan dahan pohon menjadi tumpuan untuk membatu mengangkat badan keatas. Dan melawan dinginnya udara malam
" Eko stop ko dulu. Kenapa naik terus ki. Dari tadi belum ketemu pki jalan landai " teriak Johan dari barisan tengah
Istirahat sejenak sembari mengatur nafas....
KRIK KRIK
Tak satupun dari kami yang ingin angkat bicara. Semua sibuk mengatur nafas dan mengisi ion-ion tubuh yang hilang. Satu hal yang kami tahu, kami salah jalur~
" Tunggu dulu disini nah. Carika jalur sama Eko " ujar Johan
" We roti dule an " minta Umam
" Ine 3 potong mami "
" Sinimi semua "
" We we bagi dule "
" Mending jangan mi makan kalau tidak makan semuaki caks " ujarku
" Pasti mauko lanjut bilang, Nda makan ka saya kalau tidak makan temanku " ungkap Dimas
:')
3 potong roti dibagi 14. Kami semua makan bersama-sama. Dibawah langit yang berhamburan bintang, disaksikan oleh pohon-pohon berlumut dan makhluk-makhluk lain yang tidak kasat mata. Mungkin mereka iri dengan kebersamaan kami. Makan menjadi lebih nikmat apabila dilakukan bersama seperti ini, karena semua yang dilakukan bersama pasti akan sangat mengesankan.
" Asik acara makan-makan kah ? " tegur Johan yang baru datang
" Tabe' ces untuk kau sama Eko pnup "
" Eh bedeway ndada jalur di depan "
" Astaga jangam jangam. Kita tersesat "
Dari bawah ada cahaya senter yang melewati media pohon. Sebagian cahaya ada yang diserap oleh pohon, ada yang di pantulkan, dan ada yang diteruskan hingga sampai ke tempat kami ngumpul.
" Apa bikin di atas kanda ? Nda jalur tembus ke pos 5 diatas " teriak seorang pendaki dari bawah
" Arisangi anak anaka tawwa " jawab Johan
" Duluan pade di' "
" Iye hati-hati "
----
" Turunki lagi ke bawah eh "
" Tundulu sebentar " ungkap Luki
" Atau yang barisan depan duluanmi sama Eko , yang mau duluan-duluan mi. Ambil memangmi tempat camp di atas. Ramai ini orang, nanti full ki server ka "
Mulai dari sini kami pun terpisah menjadi dua kelompok.
▶ Eko pnup, Tri, Marten, Alfian, Aldy, Umam
▶ Johan, Dimas, Auv, Luki, Aan, Dulung, Imam, Iccang
Skip
Skip
Skip
Johan berjalan dengan sangat kencang seperti berlari. Sepertinya sebelum nanjak tadi dia meminum susu kuda liar. Sehingga dia bisa se lincah itu. Sletelah melewati tanjakan, akhirnya kami kembali bertemu dengan Johan yang sedang duduk di batang pohon yang tumbang.
" Pos 5 " ujarnya
Johan seperti sosok Genta pada film 5cm. Saat Genta berkata " Teman-teman , selamat datang di Ranu Kumbolo. Surganya gunung semeru " . Yah dia lumayan berhasil meniru adegan Genta saat itu.
Sesampai di pos ini saya sangat lega. Akhirnya capek hari ini berakhir disini. Kelegaan itu bertambah ketika melihat hamparan tenda-tenda dengan warna warna yang bervariasi, ditambah dengan nyala api unggun kecil. Membuat hati ini menjadi semakin damai.
" Mana ini Tri dkk ? " tanya Imam
" Ada disana istirahat " jawab Johan
" Brarti dari tadi mko sampai ? " tanya Dimas
" Yang lumayan . 1 batangmi habis. Kau semua lama sekali jalan "
Efek susu kuda liar~
Pendirian Tenda
Rombangan kami hanya membawa 2 buah tenda. Sebuah tenda induk pramuka, sebuah tenda dome 3 orang.
It's time to show the scout
" Mana dewan eh. Bangun tenda " ujar Alfian
" Tri laksanakan " ujarku
" Deh masa saya ji sendiri " protes Tri
" Talk less do more " ungkap Dulung
" Talk less do more " ungkap ku sambil menggelar tenda bersama Dulung
" Talk less do more " ungkap Aan sambil mengambil tali dan tiang tenda
" Talk less do more " Marten ngikut
Tri ? Yah hanya berdiri diam :'(
Disisi lain, Johan, Dimas, dan Eko pnup sedang sibuk mendirikan tenda yang satunya.
Pos 5, 21.55
" We tabe' cak. Coffee hangat "
" Sipsip " ujarku sambil mengambil segelas kopi dari tangan Alfian
" Beh . Dingin sekali " ujarku dengan ter-batabata
" Deh menggigil ko cak " tegur Dimas
" Sudah jko ganti baju mu ? " tanyanya
" Belum "
" Pantasan. Ganti bajumu dulu baru pakai jaket. Sebentarkan hipotermia ko "
Dari pos 5 kita dapat melihat Malino dari ketinggian 2167meter diatas permukaan laut. Pemandangan yang sangat keren, yang terlihat memang hanya cahaya-cahaya lampu yang berwarna warni. Tapi jika dilihat dari ketinggian seperti ini, seperti bukan lampu. Melainkan sekumpulan kunang-kunang yang sedang memamerkan keindahan cahayanya.
" Keren toh ? "
" bah Imam. Bisanya kayak begini. Maha karya Tuhan menciptakan bentuk seperti ini "
" Haha iyoiya. Tidak ada karya Tuhan yang tidak keren "
Tanpa sadar Imam membuat sebuah Qoute
Tidak ada karya Tuhan yang tidak keren
" Sama halnya dengan takdir Tuhan. Tuhan mungkin tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Tuhan memberi apa yang kita butuhkan. Percayalah Takdir Tuhan tidak ada yang jelek, pasti baik semua " ujarku
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar